Kamis, 12 Januari 2012

Contoh Cerpen Kehidupan


PERIH

H
idup tak hidup. pergi tak pergi. Hilang tak hilang. Lenyap tak lenyap. Bersama maupun tak bersama, sama saja rasanya, menurut fikiran dan firasat, aku ini bagaikan sampah masyarakat yang telah berbuat salah sedemikian hingga, sampai aku dianggap bagaikan boneka yang salah satu tangan dan kakinya putus, dan tidak bisa digunakan untuk bermain lagi, bagaikan kantong plastik yang sudah berlubang yang dibuang ke tempat sampah dan tidak dibutuhkan lagi. Aku bagaikan bayang-bayang yang sekejap tampak, lalu memendek, kemudian hilang ditelan cahaya matahari.Ya, kau bisa sebut itu aku, seorang gadis kecil yang bisa dibilang kurang mampu. Namun aku masih bisa bersekolah, namaku Lenny, bocah kecil berusia 12 tahun, aku masih duduk di bangku kelas 6 SD. Hidupku.. ada moment sedikit moment kebahagiaan, namun, itu hanya terjadi sekejap mata berkedip, aku merasa lebih banyak sakit hati dalam hidup ini.
"Sepertinya, aku nggak ingin pulang Ndri," kataku
"lha kenapa?, kamu nggak kasihan sama orang tua?"
"kasihan sih Ndri, tapi gimana, aku capek diomelin mulu, aku kan juga punya pekerjaan sekolah"
"yahhhh.. namanya juga orangtua Len, kan wajar kalau nyuruh"
"iya, aku tau, tapi gimana ya.. aku dah nggak kuat."
Indri yang merupakan sahabatku dari kelas 1 SD sampai sekarang masih setia menemaniku meskipun berbeda tingkatan, dia orang kaya, sedangkan aku jauh dibawahnya, dia pintar, tidak sombong, dan sopan, aku sempat berfikir andai aku bisa jadi dirinya, wah... pasti senang sekali rasanya. Indri selalu mengantarku pulang kerumah, meskipun berbeda jalur, namun Indri selalu menyempatkan diri untuk mengantarku. hmm, aku tidak tau harus membalas kebaikannya dengan apa.
"sampai ketemu besok ya Len! bye..."
Indri melambaikan tangannya padaku disertai senyum manisnya. Aku terus mengamatinya, sampai mobil itu menghilang dari gang rumahku. Aku masuk ke dalam rumah dengan wajah lelah, yah.. karena ada pelajaran tambahan tadi di sekolah. 
"Drimana?" Ibu bertanya dengan nada kesal
"pulang sekolah bu" jawabku ketakutan, karena di tangan ibu, dia memegang sapu lantai, aku menundukkan kepala
"Dari mana?!!!" ibu memukulkan sapu itu ke kursi
"pulang sekolah bu, ada pelajaran tambahan" aku masih tertunduk
"halah! alasan saja! pasti kamu ngelayap sama teman kamu itu kan?!!"
"tidak kok bu, saya tidak ngelayap"
"Besok! kalau kamu masih pulang jam segini, kamu tidak usah sekolah lagi!" ancaman itu terdengar mengerikan.
"tapi bu, saya kan ada pelajaran tambahan" aku mengadah
"ibu tidak mau tau! pokoknya jam 12 siang, kamu harus sudah ada di rumah! ngerti!"
"iya bu,.." aku kembali tertunduk
"sudah! pergi ganti baju lalu cuci semua baju yang kotor!" aku masuk ke kamar dengan perasaan berat. Apa aku harus bilang kepada guruku jika ibu melarangku untuk mengikuti pelajaran tambahan? apa aku harus berhenti sekolah saja? aduh aku sungguh bingung. dan.. begitulah kesengsaraanku. Setelah ganti baju, aku langsung keluar untuk menyelesaikan tugas dari ibu, sebenarnya aku masih lelah, tapi.. apa boleh buat, aku takut kena marah ibu lagi.
Ku lihat di ruang tamu, ibu sedang duduk, aku mengintipnya dan menatapnya dalam-dalam 'kenapa ibu galak banget ya sama aku? aku salah apa? sampai aku diperlakukan seperti ini.' fikirku
. Ku lihat wajah itu, wajah yang sepertinya kelelahan, ingin ku dekati, ku pijit tangan dan kakinya, ingin ku bisa berada di dalam pelukannya, didekapannya. Ingin sekali aku bisa mendengar dia mengucapkan kata 'Ibu sayang kamu Lenny' tapi, itu mungkin hanya bisa terjadi dalam mimpi saja, tidak akan menjadi nyata, sampai kapanpun, sampai dunia terbalikpun mungkin tak akan pernah terjadi. Ingin sekali aku mendekapnya seerat mungkin. Ingin ku curahkan semua perasaanku saat ini padanya, Ingin ku berkata 'tolong hentikan penderitaan ini', ingin ku menangis dipelukannya, ku ingin dia mengerti kalau perasaanku ini rasanya sakit, perih, sangat perih..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar